Selasa, 31 Desember 2013

Menjejak Semeru - Hiking Day


On D-day (Hari pertama)
Pait pait pait..mau berangkat malah nyari-nyari berita pendaki yang ilang di Semeru. Pagi sebelum berangkat, Akunya masih tugas ngebagiin rapor. Rencana jam 10 harus udah kelar. Tapi apa daya, ternyata ampe dzuhur beresnya, emak-emaknya kebanyakan curcol. Langsung Aku dan Jojoh melesat ke stasiun Senen dan ketemu sama mbak Tiwi. Sampe Senen kereta hampir-hampir mau brangkat. Jadilah kita lari-larian ngejar masuk gerbong dengan tas segede gaban. Adegan ngejar kereta gini juga ada yak di 5cm *maklumbelumnonton.

Fiuuh,, setelah 17 jam perjalanan naek kereta, sampai juga di stasiun Malang. Dari sinipun masih nyambung lagi pake angkot ke Tumpang sekitar 3 jam. Tiba di tumpang langsung nyari rombongan kita, dan akhirnya ketemu dan lanjut kenalan dengan anggota tim. Fix inilah tim Bara Bara Bere: Adam, Joni, Sofian, Jodi (arek asli Malang), Topa dan Fadli (rekan dari Palembang, sukarelawan komunitas Save Street Children), dan Andini, Tiwi serta Jojoh (Alang-akhwat petualang). Oh ya, nama timnya iseng aja Aku bikin BaraBaraBere karna Adam selaku kepala suku nyanyi itu mulu.

Selingan: Di sini akhirnya Aku tau kalo mba tiwi menemukan jejaka Malang itu dari iklan yang dipasang Jodi di forum Backpacker Indonesia. Mereka bukan EO, tp sekedar nyari temen yang bisa sekalian mengcover biaya buat mereka. Pantes aja biayanya murah. Berhari-hari sebelum berangkat, udah dag dig dug duluan takut nih orang-orang berperawakan gondrong, tatoan dan tindikan (siap-siap cabut kalo ternyata penampakan mereka beneran kayak gitu). Tapiii,, mereka ternyata masih berpenampilan wajar. Gak perlu juga SKKB buat nunjukin mereka cowok - cowok yang bisa menjaga sikap walopun rada tengil juga (yang bagian tengilnya Aku rujuk ke Adam aja).

Setelah melengkapi keperluan logistik, meluncurlah kita menuju pos pertama Ranu Pane dengan menggunakan jeep (muat hingga 16 orang @ Rp 35rb). Sepanjang jalan kabutnya tebel, jarak pandang pendek, dan hawa dinginnya gak main-main.
 
Hoooaaaa,,naek jeep..
Hujan tambah kabut bikin jarak pandang jadi pendek
 Di Ranupane, gak pake lama, Jodi, Sofian dan Adam langsung ngurusin registrasi. Disini baru ketahuan, ternyata umur mereka masih kisaran 20-21 tahun, dan Gue jadi ngerasa di-mbak-in banget.. Aduh dek, aduh dek..

Setelah sholat Ashar dan berdoa bersama, kita mulai melakukan perjalanan. Cuaca emang gak oke banget, jas hujan terpaksa kita pake terus karena hujan yang gak kunjung berhenti. Perjalanan yang katanya normal 4 jaman (weits, jaman apaan aja?!), sukses kita tempuh selama 6,5 JAM SAUDARA-SAUDARA. Istirahatnya kita gak cuma di pos aja (ada 4 pos menuju Rakum), tapi tiap selangkah dua langkah. Untung di pos pertama (tiba pas maghrib) kita langsung bikin air gula merah 1,5 liter yang habis tak bersisa hingga tiba di Ranu Kumbolo. Hujan, angin, gelap, dingin, becek, dan beban carrier bikin pjalanan makin berat, napas jadi pendek-pendek, beberapa kali tergelincir, hingga ketakutan bakal hipotermia. Jargon Adam 'Yo wis, alon-alon asal klakon. Woles aja mbak e' ternyata cukup menenangkan. Tapi dzikrullah jauh lebih menenangkan.
 
Biar aman dan nyaman, kudu perhatiin ini peraturan
Gapura Selamat Datang di Semeru. Tim (dari Ki-Ka) Sofian, Topa, Mba Tiwi, Me, Jojoh, Jodi, Adam, Fadli, Joni.

Serpihan Surga yang jatuh di Semeru itu adalah Ranu Kumbolo
Tiba di Rakum pukul 23.30 lanjut pasang tenda yang makan waktu hampir 1 jam. Gambaran Aku tentang Ranu Kumbolo di malam hari itu bener-bener spooky, apalagi gemuruh angin gunungnya. Sempet bergidik, Ya Allah dimana Aku??. Cuma ada beberapa tenda aja yang mungkin penghuninya pun udahan tidur. Disini mulai berasa dingin menusuk tulang dan mulai berasa juga paru-paruku agak gak beres.

Beres pasang tenda dan sholat jama' dengan posisi duduk dalam tenda, akhirnya kitapun siap-siap tidur. Ternyata sleeping bagnya juga gak bisa nahan dingin, hampir semaleman badan menggigil gak karuan. Angin gunung dan hujan deras masih berlanjut hingga pagi.

Hari ke-2
Pagi jam 05.00 Akunya udah kebangun buat sholat Shubuh, dengan kekuatan bulan Aku paksa badanku untuk keluar tenda dan melawan hawa dingin. Dan, Masya Allah, jadi ini tempat yang semalem sempet Aku takutin. Sumpah, it’s amazing. Susunan bukit-bukit dan... hei, ini dia Ranu Kumbolonya. Langsung Aku ambil kamera, sebelum Aku tersadar kalo akunya belom sholat. Hujan udahan reda, tapi langit masih mendung dan mataharinya juga masih malu-malu mengintip dari balik awan (hahaha, bahasa Gue, metafora banget sih). Sayangnya, Cuma beberapa jam bisa ngerasain keluar tenda, beres sarapan eh hujannya balik lagi. Bahkan seharian ini hujan full sampai ketemu malem lagi. Sholatpun terpaksa dilakukan di tenda dan itupun hanya bisa sambil duduk. Semalem sempat diskusi sama Adam, kalo kita bertiga sepertinya gak akan lanjut ke Kalimati, mengingat kondisi Jojoh yamg sempat mual dan masuk angin. Tapi ternyata seharian dalam tenda itu bener-bener ngebosenin. Dinginnya jadi lebih berasa. Jadi aja kegiatan kita sharian makan, tidur, main tebak-tebakan, nyanyi-nyanyi plus sholawatan dan gaplekan (dua kegiatan terakhir jadi kegiatan utama para cowok, kita yang ceweknya? Lebih banyak tidur sembari oles-oles counterpain hohoho).

Hari ke-3
Kita ber-9 berembuk sepertinya ga mungkin untuk ke Kalimati apalagi untuk muncak, walaupun cuaca hari ini cukup bagus dan sesekali hanya sekedar hujan rintik. Jadi rencana hari ini adalah menggeser tenda ke sisi lain Rakum yang berdekatan dengan tanjakan cinta, spot dimana banyak para pendaki yang mendirikan tenda. Dan model-model rocker gitu lebih banyak ditemukan di sini, rambut gondrong, tatoan, tindikan, pakaian serba hitam dengan rantai yang melintang di saku. Tapi mereka gak galak dan mengganggu kok. Hahaha gak berani ganggu juga Akunya.
Kegiatan utama hari ini adalah tralala trilili main ke tanjakan cinta, oro oro ombo, dan cemoro kandang. Bener-bener berasa kemping ceria. Keterbatasan waktu yang bikin kita gagal muncak.
Di Cemoro Kandang, kita ketemu sama sekeluarga asal Madura yang berencana muncak. Dimana salah satunya ada anak perempuan umur 5,5 tahun dan masnya yang umur 9 tahun yang juga diajak muncak. Gue nih ya, nyampe Cemoro Kandang aja ngos-ngosan eh mereka malah riang gembira berlari kesana kemari sambil bermain. Gokil. Kayakny naik gunung udah jadi wisata keluarga buat mereka. Salute!
I Show you guys, that's Ranu Kumbolo
Sekeluarga dari Madura nih, anaknya yang perempuan, Sherina (5,5 tahun) mau diajak muncak. NGERI!!
Penampakan Oro-oro Ombo dari Tanjakan Cinta
Oh ya, karena lokasi Ranu Kumbolo di mari banyak yang camp sedangkan populasi semak-semak dekat camp gak begitu banyak, jadi aja jejak 'ranjau' banyak ditemukan dan letaknya hampir berdekatan. Sedikit mengkritisi, plis yah kalau buang ranjau itu jangan cuma ditutupin tisu. Gali lobang napa sih. Organik sih organik, tapi bikin senewen orang yg melintas aja. Tambah bikin kotor malah, katanya pecinta alam. Lagian tisu basah juga gak cepet hancurnya.

Last Day
Setelah sarapan kita beres-beres dan packing barang-barang. Yup, siap-siap pulang. Sekitar jam 11.00 kita meninggalkan Ranu Kumbolo dan pulang melalui jalur ayek-ayek. Jalur ini lebih singkat dibandingkan jalur Watu Rejeng yang kemarin kita lewatin, karena jalur ayek-ayek dibuat dengan cara membelah gunung, tapi kondisi jalannya cenderung lebih ekstrim. Biasanya dilalui oleh para porter. Dan teteup, hujan masih setia menemani perjalanan pulang.
Say Goodbye to Ranu Kumbolo

Savana menuju jalur Ayek-ayek yang hampir tertutup kabut
 Kurang dari 4 jam kita sudah sampai di pos Ranu Pane. And you know what? Pos pendakian sudah ditutup karena kuotanya (500 orang per hari) udahan habis. Padahal belum jam 3. Dan bahkan ada sekitar 50-an orang yang terpaksa nginep di Ranu Pane untuk daftar besok harinya.
Karpet hijau di jajaran Pegunungan Bromo.. Kereeeennnn!!
Kalo kemarin naik ke Ranu Pane kita pake jeep, sekarang turunnya pake truk sayur. Dan penting diketahui, offroad pake truk itu bener-bener bikin adrenalin naik.  Benefitnya adalah, kita disuguhi pemandangan yang kali ini gak dselimuti kabut. Jadi savana di pegunungan Bromo dan puncak Mahameru bisa keliatan jelas. Masya Allah, Allahu Akbar.

Tiba di Tumpang, kita bersih-bersih dan sholat. Menutup pertemuan, kita makan malem bareng untuk yang terakhir kali di warung baso pinggir jalan.. Hwaa,,I'll miss you guys, mudah-mudahan kalo ada kesempatan kita bisa backpacker bareng lagi. Sekalian mendeklarasikan nama BaraBere (boleh gak ya?).

Dan untukmu Mahameru,,kau masih kurindu..

'Take nothing but pictures. Leave nothing but footprints. Kill nothing but time'