Untukmu lelaki sang
pemilik rusuk, pelengkap jemari, pengiring langkah, dan pelengkap setengah
Dien-ku
Semoga Rabbku selalu
menjagamu
Rencana akad nikah
dan walimatul 'ursy yang telah kita diskusikan beberapa bulan lalu, akhirnya
dalam hitungan jam akan terealisasi, In syaa Allah.
'Sepertinya' sejak
awal kita telah sepakat kalau pernikahan adalah visi peradaban dengan misi
melahirkan dan membentuk sebaik-baiknya generasi
Jauh-jauh hari, kita
sudah sama-sama mempersiapkan aspek jasadiyah, amaliyah, fikriyah, dan
finansial kita (walau belum sempurna betul)
Lalu kita lalui
proses ta'aruf yang kita upayakan tetap dalam koridor syariat. In syaa Allah
Oh iya, maaf jika
komunikasi kemarin aku mungkin terlalu menyingkat obrolan
Tak banyak memang
yang kita bicarakan. Bisa jadi kita sama-sama kikuk untuk menanyakan apa dan
membicarakan hal apa.
Tapi alasan lain
adalah, aku merasa perlu untuk menjaga hatiku dan hatimu
Perlu dirimu
ketahui, perasaanku selama melewati proses saat itu sering kali berkecamuk tak
karuan
Bahkan tak jarang
pikiranku dipenuhi bayang-bayang imajinasi romantika
Bukan apa-apa, yang
ku takutkan adalah, ketika rencana dan proses ini gagal di perjalanan.
Sedangkan hatiku dengan segala macam perasaan itu belum bisa bergeser dari
angan tentang dirimu
Dan terburuknya,
malah akan menjadi penyakit hati pada akhirnya.
Sebenarnya inti dari
suratku ini adalah pernyataan (boleh juga kau sebut ikrar) dariku untuk
meneguhkan niatku melangkah.
Saat akad nikah
telah menjadi legitimasi kita untuk berinteraksi secara halal, maka saat itulah
kudeklarasikan diriku untuk menjadi makmum atas keimamanmu.
Menyelaraskan
langkahku dan langkahmu dalam titian Quran dan Sunnah.
Memprioritaskan azas
tabayyun dan musyawarah atas setiap problematika keluarga
Menghadirkan suasana
penuh cinta dan kasih sayang, terutama dalam membina sang buah hati
Kemudian, percayakan
semua padaku
Untuk menjaga
kehormatanmu, menjaga hartamu, mendidik dan membesarkan anakmu, menghormati
orang tua dan keluarga besarmu, serta yang terpenting adalah menaatimu dalam
ketaatan padaNya.
Menerima dengan
keikhlasan hati pemberian atas setiap hasil peluhmu.
Ku upayakan memenuhi
semua kewajibanku padamu, setelah itu kuserahkan padamu untuk memenuhi apa yang
menjadi hakku.
Tapi, lancangkah
aku, jika memintamu untuk menjadikanku satu-satunya wanita dalam hatimu,
maksudku -pastinya- selain ibumu..
Sepanjang aku mampu
menjalankan peranku sebagai istri dan ibu..
Egoiskah aku? Bisa
jadi. Mungkin itulah kelemahan terbesarku. Atau kelemahan hampir sebagian besar
wanita
Entahlah, atau bisa
jadi karena aku melihat sosok Bunda Khadijah yang menjadi satu-satunya wanita
pendamping Rasulullah, semasa sang Bunda hidup.
Dan sebelumnya aku
mohon maaf, jika di perjalanan nanti akan ada kesilapan, mungkin dalam kata,
mungkin dalam sikap, atau mungkin dalam keistiqomahanku
Nasihatilah aku
dengan kehati-hatian dan kelemah-lembutan
Layaknya fitrah
wanita seperti tulang rusuk, yang jika dibiarkan ia akan tetap bengkok
Namun jika
diluruskan secara paksa, tak ayal mungkin ia patah berkeping-keping
Menurutku, kisah
kita akan unik
Berawal dari kita
yang tak saling mengenal
Kemudian bertemu di
titik kesiapan untuk membina sunah Rasul
Dan kita akan
menghabiskan sisa hidup untuk saling mengenal dan memahami, karena untuk
mengenalmu rasanya tak cukup hanya dalam setahun atau sewindu
Masing-masing kita,
dalam episode lalu, mungkin pernah merasa jatuh cinta pada sosok lain
Namun, di titik ini
kita sepakat untuk membangun cinta, dalam koridor berkah. In syaa Allah
Begitu lah, semoga
Allah berkenan atas langkah kita, melimpahkan rahmat dan berkah atas keluarga
kita. Menjadikan rumah sebagai surga, sebelum pertemuan di surgaNya kelak..
Aamiin ya Rabb
Jumat, 15 Agustus 2014
Jumat, 15 Agustus 2014