Kamis, 15 Mei 2014

Kenapa Baru Sekarang?



 

Kau tahu, rasa itu, rasa yang kukhususkan untukmu, pernah membuncah dan bergemuruh dalam dadaku beberapa waktu lalu.

Kau tahu, hanya untuk sekedar memastikan dan menunggu cita cinta darimu, aku sampai nekad membatalkan pinangan lelaki lain.

Walau saat itu, kau masih sering menggumamkan sosok wanita bermata indah, dalam untaian dan tarian kata-katamu. Wanita yang bahkan telah menjadi pendamping lelaki lain.

Kau tentu menyadari, ungkapan kekagumanku terhadap sosok dirimu, yang tersirat pernah ku sampaikan dengan menilai karya-karyamu. Menilai dengan bahasa yang berlebihan, kurasa.

Ku ikuti alur diskusi denganmu, tentang politik, kritik sosial bahkan ideologi keagamaan. Walau tema-tema itu sangat tidak menarik bagiku.

Lain waktu, ditemani dengan tawa renyahmu, kita bercerita ulang tentang kisah yg lalu. Tentang kau yg sok tahu, tentang aku yang sok centil. Tp diskusi bagian inilah yg aku sukai, amat sangat. Seandainya bisa kau lihat wajahku saat itu memerah. Aku tersenyum sendiri, ternyata kisah itu belum luput dari ingatanmu..

Dan, waktu-waktu kemarin, entah kenapa aku sempat membangun angan tentangmu, tentangku dan tentang kita. Ada harap kau mendatangi ayahku. Menyusun rencana-rencana indah menggenapkan setengah Dien.

Tapi kusadari, aku naif, terlalu percaya diri mengartikan interaksi kasual ini. Sepertinya kau tidak bergeming untuk menuju arah sana. Mungkin kau selayaknya memang sekedar teman. Lucu juga setelah kupikir-pikir, kalau terjadi hal semacam itu antara kita. Hingga akhirnya, kuputuskan untuk meninggalkan rasa itu, meski tidak bisa aku lupakan.

Namun, yang kusesali dari sikapmu adalah kenapa baru kau sampaikan 'pengajuan' itu sekarang, pinangan yang dulu kuanggap hanya angan kosong, pinangan yangdatang setelah aku mulai menjalin rencana dengan lelaki sholih lain. Tidak, aku tidak akan membandingkan antara dirimu dengannya. Karena kali ini aku akan terus melangkah dengannya menuju sunah sang Rasul.

Kau tahu, aku serasa seperti gadis bermata indah itu. Mgkin sebelumnya, ia sangat menantikanmu. Namun terhalang karena keragu-raguan. Entahlah, mungkin ia ragu, kau ragu, bahkan... aku ragu untuk memulai.